Kemajuan teknologi yang sudah semakin pesat telah berhasil menciptakan berbagai macam perangkat komunikasi yang begitu beragam. Mulai dari hardware hingga software. Kita ambil saja software sebagai contoh. Saat ini sudah terdapat berbagai macam aplikasi untuk berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu yang ingin saya angkat disini adalah Sosial Media.
Saat ini masyarakat sudah tak perlu lagi menghabiskan banyak pulsa untuk berkomunikasi dengan lawan bicara, semua itu kini telah ditinggalkan. Gaya baru masyarakat kini adalah menggunakan fasilitas internet untuk memudahkan komunikasi dari sender of information kepada receiver. Berbagai macam aplikasi chat yang dapat kita temukan di dunia maya, bahkan jumlahnya sudah tak terhitung lagi, mereka sudah ibarat bintang liar yang berterbangan di atas langit gelap nan gulita.
Sosial media seperti Facebook, Twitter, Line, Black Berry Messanger, Whatsapp, Path, dan kawan-kawan sejenisnya kini sudah sangat populer dikalangan masyarakat. Aplikasi ini kini sudah merambah ke berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pelajar, mahaisiswa, pebisnis, tukang kuli, pegawai, bahkan ibu-ibu rumah tangga tak ingin ketinggalan untuk menjamahi aplikasi internet ini. Berbagai macam hal tentunya dapat kita lakukan di dalam aplikasi sosial media tersebut, bisa mulai dari chatting, telpon gratis, mengungkapkan perasaan yang sedang kita alami, bahkan untuk membully orang lainpun bisa. Menurut saya pribadi, dunia maya kini sudah semakin brutal.
Dari berbagai macam fungsi aplikasi sosial media tersebut, salah satu hal yang ingin saya angkat dalam artikel saya kali ini adalah Perlukah kita meluapkan semua perasaan kita di sosial media? Menurut Anda bagaimana? Perlu? Atau sekedarnya saja? Atau sama sekali tidak perlu?
Menurut saya pribadi, dunia maya tetaplah dunia maya. Meskipun kita sudah hampir tak dapat melihat benang merah (red line) antara dunia maya dengan dunia nyata, kedua dunia tersebut tetap berbeda, mereka akan tetap terpisah oleh garis benang merah. Kedua dunia tersebut memiliki porsinya masing-masing. Oleh karena itu, kita harus benar-benar pintar untuk mengelola ke dua dunia tersebut, karena jika tidak, sewaktu-waktu ia bisa menjadi granat yang bisa sewaktu-waktu meledak secara tak terencana.
Pertama. Perlukah saya mengunggah status tentang kebagiaan saya? Menurut saya itu normal. Sebagai manusia biasa kita memang selalu ingin berbagi berbagai macam hal, termasuk dalam hal berbagai kebagiaan kepada orang lain. Menurut saya ini bagus, karena harapannya orang yang membaca postingan anda dapat terkena imbas kebahagiaan atau aura positif dari perasaan anda. Tapi ingat, segala sesuatu yang berlebihan tetap tidak bagus, karena jika anda terkesan terlalu pamer kebagiaan di sosial media, itu bisa menyebabkan orang lain menjadi iri dan dengki kepada anda. Jadi jangan sampai kebagiaan anda menjadi kesedihan dan kedengkian bagi orang lain. Porsikannlah bagian ini.
Kedua. Perlukah saya mengunggah status tentang kesedihan saya di sosial media? Menurut saya jangan. Sosial media bukanlah tempat curhat yang bersifat tanpa batas. Jangan biarkan ada orang lain yang mengetahui kesedihan anda, cukupkan hanya anda seorang yang mengetahuinya. Sekalipun anda memang tidak bisa menahannya, lebih baik anda mengambil buku diary, kemudian anda tuliskan diatas kertas kosong yang anda.
Ini tentunnya akan lebih baik, karena menurut buku psikologi yang pernah saya baca, ketika seseorang sedang sedih kemudian menyampaikan perasaannya melalui buku diary, rata-rata ia akan merasa masalahnya berkurang, hal ini seperti tulisan tersebut sebagai penyalur masalah kita ke buku diary yang telah kita tulis, ibarat masalah dan kesedihan tersebut berpindah posisi ke dalam buku diary yang anda tulis.
Alasan lain juga adalah, jangan sampai orang lain juga ikut merasa sedih dengan unggahan anda. Terkadang juga orang lain akan menganggap anda sebagai orang yang lemah dan cengeng dalam menjalani hidup. Kita boleh saja cengeng, itu manusiawi, tapi kita tak perlu mempublikasiknnya kepada publik. Itu tidak akan membantu, bahkan bisa saja ia akan menjadi masalah baru. Maka dewasalah dalam memanage kesedihan kita sendiri.
Ketiga. Perlukah saya mengunggah status tentang kemarahan saya kepada orang lain? Jangan… Itu berbahaya. Jika anda tipikal orang yang benar-benar emosional, ketika sedang marah saya sarankan untuk tidak mendekati sosial media anda. Karena jika tidak, ketika anda marah, anda akan langsung menuliskan rasa kemarahan anda di sosial media.
Tidak jarang pula anda akan menulis kata-kata yang kotor demi memuaskan perasaan anda. Status kemarahan anda akan dibaca oleh semua orang, dan tentunya ini akan merusak image pribadi anda dihadapan orang lain. Rata-rata orang marah yang kemudian memposting kata-kata kotor di sosial media, kemudian setelah kemarahannya reda menyesal telah memposting perasaan marahnya di sosial media.
Oleh karena itu, sebelum anda menyesal, lebih baik jangan dilakukan. Sekalipun nanti kemarahan anda sudah mereda, dan anda ingin menghapus status tersebut, orang lain sudah membaca dan mengetahui persaan anda. Sekalipun anda sudah hapus, orang lain juga sudah bisa mengcapture status yang pernah anda tulis. Jadi saran saya apabila anda sedang marah, luapkan ke tempat selain sosial media. Demi kebaikan anda dan orang lain. Jangan bangga dengan banyak komentar yang menanyai masalah anda. Justru orang lain lama-lama bisa menjauhi anda.
Keempat. Perlukah saya menyindir orang lain melalui sosial media? Jangan! Jika anda memang benar-benar memiliki masalah kepada orang lain, selesaikan langsung kepada orangnya, bukan dengan cara yang tidak langsung, karena itu justru akan memperpanjang masalah yang sedang anda hadapi, atau bahkan semakin mempersulit masalah anda dengan orang tersebut.
Memang secara psikologis anda akan perasaan puas dalam hati, namun percayalah, itu hanya sementara. Karena selesai itu, masalah besar sudah menunggu di depan mata. Menyindir orang lain melalui sosial media agar nantinya sang target merasa tersindir itu tidak baik , Itu tidak dewasa, melainkan terkesan kekanak-kanakan.
Jangan unggah masalah anda dengan orang, karena justru anda secara tidak sengaja telah mengumbar diri sendiri dan orang yang anda maksud. Tapi saya tidak menyebutkan nama, lantas bisa kan? Menurut saya tetap jangan. Karena itu tetap saja telah membuka celah atau lubang untuk orang lain mengetahui rahasaia anda. Kasihanilah pula orang yang anda sindir. Meskipun anda merasa punya masalah dengannya, dia juga pasti akan merasa malu dan terpukul dengan status anda, meskipun orang lain tak mengetahuinya.
Haruskah kita balas dendam melalui akun sosial media? Ingat, jika anda merasa punya masalah, segera selesaikan. Namun apabila tak bisa segera, jauhkan tangan anda dari keyboard komputer atau smartphone anda untuk mengunggah status sindiran kepada orang lain. Menyindir orang lain di sosial media sama saja halnya dengan membicarakan keburukan orang lain di tempat ramai, apakah anda tukang gosip? Merenung dan introspeksi dirilah sembari menemukan jalan keluar untuk masalah anda. Jika sudah seperti itu, meskipun anda punya masalah, namun anda sebenarnya telah terhindar dari masalah yang baru.
Kelima. Bolehkah saya membully orang lain dengan maksud bercanda? Saya rasa jangan. Dewasalah. Jangan membuat kelucuan diatas penderitaan orang lain. Itu memang akan membuat orang lain tertawa dan terhibur, namun sebenarnya secara tidak langsung anda telah membuat masalah baru yang bisa berefek panjang. Hindari membully orang lain. Karena ini bisa berlanjut hingga ke ranah hukum.
Jika anda bersikukuh memiliki hak asasi, maka anda juga harus tanamkan dalam diri anda sendiri bahwa orang lain juga memiliki hak yang sama dengan anda. Hidup itu jangan egois. Oleh karena itu, hindarilah yang namanya membicarakan orang lain di sosial media, karena ini dapat mendatangkan masalah baru yang berkepanjangan nantinya.
Keenam. Bolehkan saya berkampanye politik di sosial media? Menurut saya terserah anda. Anda memiliki hak untuk melakukan apa saja yang anda inginkan, asalkan anda bisa mempertanggungjawabkannya. Namun saran saya, jangan terlalu sering, karena apabila terlalu sering, teman-teman anda di sosial media akan sedikit risih dengan status atau unggahan yang anda buat, lebih-lebih teman-teman yang anda dilingkaran anda adalah orang yang muak dengan perilaku aktor politik.
Mereka mungkin tidak akan menegur anda, tapi saya yakin, ada perasaan risih yang mereka alami dengan terus-terusan melihat permainan modus politik anda di sosial media, terlebih dia memiliki pilihan yang berbeda dengan anda. Kalau saya pribadi lebih memilih untuk tidak melakukannya, bukannya tidak care dengan politik, melainkan lebih suka merahasiakan pilihan saya.
Dari apa yang telah saya paparkan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa, tidak semua perasaan dapat kita unggah melalui akun sosial media kita masing-masing. Sebagai orang dewasa, maka kita juga harus berusaha untuk bersikap dewasa. Bepikir sebelum bertindak agar tindakan kita tak menjadi pedang yang dapat menusuk kita dari belakang.
Unggahlah staus mengenai persaan anda secara proporsional, tidak berlebihan. Karena meskipun sosial media yang merupakan media tempat anda menuangkan perasaan anda hanya sebatas dunia maya, namun futher implicationnya bisa lebih besar dan rumit dibandingkan dengan dunia nyata yang merupakan tempat anda menghirup udara segar saat ini. Oleh karena itu, marilah kita bersikap dewasa dalam memanfaatkan sosial media.
Tulisan ini bukan bermaksud untuk menggurui, namun ini juga sekaligus menjadi bahan renungan saya pribadi. Semoga kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dan pintar dalam memanfaatkan akun sosial media masing-masing.
Perlukah Kita Meluapkan Semua Perasaan Di Sosial Media? Yuk, Belajar Jadi Lebih Dewasa!
read more
0 comments:
Post a Comment