Saturday, July 9, 2016

Sebelum Terpisah Waktu, Inilah Barisan Kata Untukmu Ibu

hipwee-kate_juliet_photography_marvie_mommy&me_009716

Bu, kalau aku sengaja tak tanya kabarmu, bukan aku enggan melempar perhatian. Tapi sudah kuawali dengan doa bercampur harap penuh atas kesehatan dan segala kebaikan untukmu. Yakinlah Bu, diamku bukan apatisku terhadapmu.

Bu, sering Ibu menatapku lamat-lamat, katamu aku tumbuh begitu cepat, nampak setengah heran rautmu akan hal itu. Aku anakmu yang dulu hobi menangis, dan kini sangat benci jika melihatmu begitu. Bahkan mungkin, saat  baru kau pasang topeng dengan bentuk mulut bulan sabit tengkurap dan horizontal, cemberut. Aku tak suka, Bu. Bukan karena itu terlihat menjengkelkan bagiku, tapi bak ada pedang yang menghunus ke hati, aku juga sakit.

Doa terbaik, untukmu, Bu…

Bu, kehadiran kita di bumi memiliki limitasi waktu, siapa yang akan duluan berlari meninggalkan bumi, kita tak tahu, Bu. Aku tak ingin munafik soal kehidupan, jika Ibu yang memang akan menepi kepada Tuhan lebih dulu, dan aku masih tetap di kolong langit, aku masih mencoba bernafas. Tapi, Bu, aku bahkan tak yakin petualanganku di bumi akan mudah ku kendalikan. Pergimu bagiku, sama dengan hilang kemudi dan navigasi.

Tapi kalau aku yang pamit lebih dahulu, tenanglah, Bu, akan banyak manusia yang menyayangimu, selalulah berlindung dan semoga dilindungi Tuhan. Sudah kupanahkan ribuan doa sebelumnya untukmu, Bu.

Jika Ibu sering atau beberapa kali memperhatikan langit malam dengan gugusan bintang, kerlingan kelap-kelip mereka pun bahkan tidak pasti. Rasi mereka selalu berubah. Tapi bintang tetaplah bintang. Ya, seperti Ibu yang akan selalu jadi Ibu, Ibuku.

Bu, Ibu memanggilku?

Entahlah, Bu. Di otakku seperti ada sistem yang bekerja otomatis, bahkan setiap kau berdeham, kukira kau sedang membutuhkan bantuanku.

Oh ya, Bu, aku ingin sedikit mengadu, mengeluhkan rangkaian waktu yang kian hari terjalin rumit seiring paksaanku untuk menjadi dewasa. Bu, jika ada parasit yang tumbuh di hati, mengapa ya, Bu, kadang aku malah ikut terbelenggu, terjepit di dalamnya. Sempat aku bakar, namun hatiku juga terkena imbasnya, aku tebang, ia malah berkembang menjalar, aku biarkan, ia malah tumbuh berceranggah.

Bu, ada lagi, Ibu tak akan bosan, bukan? Iya Bu, aku tahu bahwa hidup tak melalu pasal cinta, ya itu dia, tapi bab itu yang paling sering jadi bahan diskusi manusia. Mengapa kita hidup dengan sensitifitas tinggi, Bu? Untuk sebuah kepekaan, Bu? Iya kah? Kalau begitu, apakah Ibu tersinggung jika lebih banyak “nama asing” yang aku produksi dari mulutku daripada tentangmu?

Bu, karena aku makhluk serupa denganmu, di depanku tak bisa aku tumpahkan semua inginku untukmu, tapi di depan Tuhan, percayalah Bu, aku bersujud membenamkan seluruh, tak wajah, tak tubuh, untuk keberkahan hidupmu.

Semoga kebaikan Tuhan selalu bergandengan dengan Ibu. 


Sebelum Terpisah Waktu, Inilah Barisan Kata Untukmu Ibu
read more

0 comments:

Post a Comment


Top