1. Phobia.
Di berbagai sumber internet kita pernah berbagai macam jenis phobia. Phobia ketinggian, phobia hantu, phobia pisang, phobia gelap, dan berbagai phobia lainnya. Pernahkah kalian berpikir kalau memiliki suatu phobia sebenernya sesuatu yang salah? Coba bayangkan jika kalian harus bekerja untuk memperbaiki kabel di suatu menara yang tinggi, tetapi kalian punya phobia ketinggian, apa yang kalian lakukan? Meninggalkannya? Bagaimana kalau pekerjaan itu satu-satunya untuk menghidupi anak istrimu? Maka satu-satunya adalah mengalahkan phobia kita tersebut. Kita tidak bisa terus menerus tunduk terhadap ketakutan kita sendiri. Jangan lembek. Jangan memaafkan phobiamu itu sehingga menguasaimu untuk takut terhadap suatu hal. Lawanlah!
Namun, kini memiliki phobia dianggap lazim dan dapat termaafkan lantaran berbagai media juga menyebarkan berita-berita dimana memang ada penderita-penderita seperti itu dan itu merupakan hal biasa dalam dunia medis. Padahal sebuah phobia dapat disembuhkan. Disembuhkannya ya dengan mencobanya dan melawannya. Berbeda loh antara phobia dengan alergi. Phobia adalah kamu takut karena mentalmu. Tapi, kalau alergi kamu takut terhadap terhadap sesuatu lantaran sesuatu tersebut dapat memicu reaksi tidak baik pada tubuhmu. Contohnya kamu takut kucing karena takut menghirup bulunya yang dapat membuat asmamu kumat. Perkara tadi masih bisa dimaafkan. Tetapi, untuk perkara kalian takut karena mentalmu, mulai dari sekarang mindset-kan bahwa itu salah. Phobia karena mentalmu yang tempe bukan phobia yang sebenarnya. Tapi, ada yang salah denganmu. Dan, jangan memaafkan dirimu yang salah. Jangan sampai kalian terkontrol.
2. Pacaran dan Quotes Nikmati Masa Muda.
Sudah sejak dulu sebenernya kita terus digiring untuk beropini tentang pacaran secara berlebihan. Opini inipun berkembang menjadi bentuk-bentuk lain seperti baper, jomblo, mantan, dan masih banyak lagi. Kita semenjak dulu terus dikuasai media bahwa cinta itu maha penting, penting sepenting-pentingnya. Mulai dari film, novel, internet bahkan quotes terus menjejali kita tentang pacaran. Lantas apakah di dunia ini isinya cuman pacaran? enggak. Di masa muda kita banyak terjebak ama yang namanya cinta-cintaan. Sebenarnya wajar, karena ini masa kita baru mengenal pacaran. Dan, namanya sesuatu yang baru kita kenal nggak heran kita jadi heboh sendiri. Namun, permasalahannya terkadang media terlalu banyak mencucuri kita dengan hal-hal tersebut, sehingga kita terlalu menanggapi cinta-cintaan di remaja dengan berlebihan. Lihat saja anak sekarang : putus bunuh diri, tidak punya pacar bingung sendiri, masih SD sudah ciuman. Itu merupakan perilaku media yang too much dalam mengekspos hal mengenai pacaran.
Selain quotes mengenai cinta-cintaan, remaja sekarang juga banyak dikontrol oleh kata-kata "Nikmati Masa Mudamu!". Kata-kata ini bentuknya beragam di internet mulai pamer foto travelling hura-hura di Instagram, pamer baju baru, pamer kendaraan baru, dan masih banyak lagi. Seakan-akan mereka memamerkan jerih payahnya sendiri, padaha itu hasil ngatong dari emak bapaknya. Jika kalian menilik biografi-biografi anak muda yang sukses, kalian akan paham bahwa sebagian besar mereka menghabiskan masa mudanya untuk bekerja keras, berkarya, mengalami kegagalan berkali-kali, dikecewakan, dan pengalaman luar biasa lainnya. Mereka terus gigih berjuang memperdalam skillnya, enggak cuman nunggu dapet love dari Instagram saja. Sadarlah kalian berapa lama kalian telah oleh dikontrol oleh gemerlap masa muda yang membuang masa mudamu?
3. Trend Sosial Media.
Masalah dari sosial media adalah terkadang mereka memampangkan sesuatu yang dianggap perfect entah itu busana, model rambut, riasan wajah, dan sebagainya secara langsung kepada kita. Sesuatu itu kita sebut dengan trend. Trend akan menarik kita terus menerus untuk mengikutinya kemanapun para produsen inginkan. Kita bakal terus diseret untuk ikut mengenakan baju yang mereka anggap trend, celana yang digadang-gadang keren lantaran dipakai selebritis, dan berbagai piranti yang secara diam-diam membuat kita tergiur untuk merogoh kocek. Kita akan terus dipontang-panting untuk menjadi konsumtif.
Setiap pergantian trend sosial media, maka produk barupun booming, mempengaruhi kita untuk ikut-ikutan mengenakannya sehingga kita harus merogoh kocek. Di saat pergantian trend, kita harus merogoh kocek lagi. Di pergantian selanjutnya kita akan merogohnya lagi. Di pergantian kita akan mengulanginya lagi, lagi, dan lagi. Kita akan terus menjadi domba pengikut lantaran termakan opini di sosial media. Sadarkah kalian berapa dana yang kalian buang hanya karena terpengaruh trend sosial media yang dimain-mainkan para produsen fashion?
4. Bangga menjadi gamer.
Ini adalah konten internet yang paling membentuk kepribadian anak-anak muda zaman sekarang. Kebanyakan bentuknya adalah komik meme. Konten ini sangat berbahaya lantaran menjadikan sesuatu yang salah menjadi kebanggan. Jadi gamer bukanlah sesuatu yang membanggakan, guys. Cobalah sadar. Mungkin kalian akan membela : "Jadi gamer terhindar dari hamil luar nikah", "Jadi gamer itu enggak pernah selingkuh", "Game itu bisa menajamkan otak", "Jadi gamer itu punya otak yang strateginya bagus."
Pertanyaan gue kali ini, apa cuman dengan main game aja yang bisa begitu? Apa enggak ada aktifitas yang lebih bermanfaat dibanding duduk menatap layar komputer?
C'mon guys. Jangan sampai doktrin-doktrin komik meme mengenai bangga jadi gamer mengblok pikiran lain bahwa ada banyak kegiatan lain yang lebih berguna. Cobalah hilangkan doktrin itu. Jangan sampai gara-gara hal tersebut kalian lupa sisi negatifnya sehingga pikiran kalian tercuci hanya pada sisi positifnya saja. Sekarang lepaskan doktrin tersebut, apa apakah kalian sadar mana yang lebih banyak sisi negatif atau positif? Jangan sampai konten internet tersebut mulai merambah diri kalian sehingga kalian rela duduk berjam-jam demi bisa online dengan game-mu, dan di luar itu kalian benar-benar bangga atas kerja duduk-natap-layar-komputer tersebut.
Jika kalian masih belum bisa menerima statemen ini. Berarti para produsen game telah berhasil mengontrol kalian. Selamat.
5. Portal Berita Online.
Pasti kamu pernah dengar apa yang dinamakan pencitraan. Ya, gue yakin pasti kalian pernah dengar. Apalagi waktu pemilu. Kata-kata itu seperti alarm yang selalu berbunyi di waktu berita di TV muncul di layar kaca. Pencitraan di zaman ini enggak main-main loh. Banyak pejabat dengan lihainya memoles dirinya di media menjadi sangat suci, padahal di belakangnya benar-benar seorang yang kotor. Mereka mencoba mengontrol kita dengan berbagai media, salah satunya konten-konten internet melalui portal berita.
Banyak berita zaman sekarang yang tidak netral. Mereka bekerja sesuai kehendak redaksi. Nah, tidak semua redaksi bekerja sesuai visi yang berimbang. Ada pihak tersendiri yang mengarahkan mereka dalam membuat berita. Kalian harus hati-hati dalam membaca berita. Jangan sampai kalian termakan opini palsu yang dibuat oleh para penguasa. Saran gue, jangan hanya mempercayai satu sumber berita. Perluaslah sumber bacaan kalian dari berbagai literatur. Kemudian filter mana yang benar mana yang salah supaya kalian tidak tersesatkan oleh media-media sekarang yang sudah tidak netral lagi.
Itulah beberapa sisi-sisi gelap internet. Tidak apa kalau kalian masih belum bisa menerima, ataupun baru sadar. Seiringnya waktu dan semakin cerdasnya masyarakat, pasti kalianpun akan mulai sadar bahwa kita tidak bisa menerima seratus persen konten internet di zaman ini. Kita perlu berpikir kritis dalam menerima informasi. Jangan kita mendapatkan informasi yang digunakan untuk mengontrol kita.
Sadar Atau Nggak, 5 Konten Internet Inilah yang Mengontrol Anak Muda Zaman Sekarang!
read more
0 comments:
Post a Comment