“Menjadi seorang ketua tingkat saja sudah luar biasa sekali berat tanggung jawab yang di embaninya, apalagi bupati, gubernur, bahkan presiden. Menonton dari kursi tribun memang nikmat, namun sang pemain menikmati kondisi yang berbeda dengan anda”
Pemimpin adalah sesorang yang diberikan amanat untuk mengayomi masyarakat. Ia adalah seseorang yang dipercaya untuk memegang amanat yang telah ditanggungkan kepadanya. Menjadi pemimpin adalah suatu amanat yang luar biasa. Memegang tanggung jawab yang tidak kecil, melainkan besar, menuntut ia untuk benar-benar kuat dalam mengahadapi berbagai macam cobaan dan rintangan yang menghadang ditengah jalan.
Tahun 2014 adalah saksi terpilihnya Jokowi sebagai presiden republik indonesia yang ke delapan. Semangat euforia masayarakat indonesia sangat menggebu-gebu menyambut hasil pesta domokrasi yang telah dilaksanakan jauh hari sebelumnya. seluruh penjuru negeri menjadikan ini sebagai berita nasional yang tidak akan pernah terlupakan. Sejarah kembali terukir, selamat kepada bangsa indonesia, karena ia telah mampu melaksanakan pemilihan umum secara langsung dan demokratis. Pesta demokrasi yang belum tentu mampu dilaksanakan oleh negara-negara maju. Selamat pula kepada bapak Jokowi Dodo atas terpilihnya beliau sebagai presiden RI untuk periode 2014-2019. Doa bapak sepanjang malam ternyata dikabulkan sang maha kuasa. Saya turut bahagia dan bangga dengan pencapaian bapak .
Dunia ini ibarat dua sisi mata uang yang saling membelakangi satu sama lain, mereka berada dalam satu tubuh namun tidak akan pernah bertemu dan tersatukan. Namun dengan adanya dua sisi itulah yang menyebabkan ia disebut sebagai mata uang. Sama halnya dengan batu baterai, ia terdiri dari dua kutub yang saling membelakangi satu sama lain, satu badan namun tak akan pernah bertemu satu sama lain, satu kutub bernama positif, dan kutub kontranya adalah negatif. Meskipun mereka memiliki kutub yang berbeda satu sama lain, justru perbedaan itulah yang menyebabkan mereka dapat menghantarkan daya listrik. Analogi yang dijelaskan diatas sama hal nya dengan kehidupan kita di dunia ini. Hidup ini ibarat dua sisi mata uang dan batu baterai. Segala sesuatunya pasti memiliki pro dan kontra. Begitu juga halnya dengan terpilihnya presiden Jokowi Dodo. Banyak sekali masyarakat yang menyambut kemenangan beliau sebagai penerus presiden di era sebelumnya, namun tidak sedikit pula yang tidak menyukainya. Yang menyebabkan ia harus ikhlas setiap hari menerima hujatan pedas berdalih kritik yang tentunya memanaskan hati. Kesabaran dan keikhlasan beliau di uji setiap harinya oleh sang maha kuasa.
Pada awalnya, saya pribadi adalah salah satu orang yang berada di kubu yang bersebarangan dengan beliau. Dalam pemilihan umum bukan photo beliau yang saya coblos. Bukan beliau presiden yang saya idam-idamkan. Hingga akhinrya saya harus menelan ludah dalam-dalam, menerima kemenangan beliau atau merayakan kepedihan hati ini menerima kemenangan beliau. Saya mulai tidak suka dengan beliau. Saya merasa beliau bukanlah tipikal seorang presiden. Ribuan alasan saya lontarkan untuk memojokkan beliau yang sedang duduk diatas kursi kepresidenannya. Hingga suatu hari tuhanpun menegur saya.
Saya terpilih sebagai ketua tingkat di kampus. Memimpin puluhan orang yang memiliki nama, asal, dan latar belakang yang berbeda satu sama lain, tak ada satupun persamaan yang dapat saya temui diantara mereka. Jika ada 70 kepala di kelas sana, maka terdapat 70 wajah yang berbeda, 70 nama yang berbeda, dan 70 ide atau pemikiran yang berbeda-beda. Awalnya saya berpikir akan mudah untuk mengatasi perbedaan tersebut, namun sayangnya saya telah salah memberikan penilaian. Mengatur puluhan kepala itu tidak mudah, tak semudah membalikkan kedua telapak tangan seperti yang saya bayangkan sebelumnya. Saya bahkan merasa terkejut menerima kondisi yang benar-benar berbeda seperti yang saya ekspektasikan. Mereka memiliki tujuan masing-masing, cara yang berbeda, dan cara pemikiran yang berbeda, dan semua itu tidak mudah untuk disatukan. Ketika dari puluhan ide harus disaring untuk menjadi satu keputusan, itu harus melalui saringan perdebatan yang sangat ketat. Ketika anda harus memilih satu ide, maka akan ada puluhan ide sisanya yang akan cemburu atas ketidak terpilihannya. Ketika anda akan mengikuti suara mayoritas, maka suara minoritas akan senantiasa menghantui pikiran anda sebagai seorang ketua tingkat. Jika salah cara anda mengkomunikasikanya, meskipun kita berada pada lingkungan kampus yang formal, peperangan bisa saja terjadi. Perang mulut, perang pemikiran, dan perang terselubung lainnya tidak akan pernah bisa dihindari. Tekanan dari berbagai pihak yang merasa idenya benar akan meneror dan menekan anda setiap saat. Hidup sebagai ketua tingkat tidak akan sepenuhnya tenang. Terlebih jika anda tak memiliki anger management dan emotion management yang bagus, akan menyebabkan anda menjadi hilang kendali yang tentunya semakin memperunyam masalah yang ada.
Dari hal tersebut saya mulai menyadari, menjadi ketua tingkat itu tidak mudah. Tak semudah yang anda lihat. Anda bisa saja mengatakan itu mudah, karena anda hanya sebagai seorang pengamat dari kursi tribun yang tinggi. Menjadi ketua tingkat benar-benar menguras energi dan emosi. Hal ini tentunya menampar pipi saya. Menjadi ketua tingkat saja sudah sangat luar biasa beratnya, apalagi menjadi seorang bupati, gubernur, bahkan presiden, yang harus memimpin jutaan kepala dengan berbagai latar belakang yang bertolak belakang sama sekali. Saya merasa bersalah telah memojokkan beliau. Melalui tulisan ini, saya tak berniat sama sekali untuk meminta anda selaku pembaca untuk menjadi pihak yang pro kepada beliau, namun saya hanya meminta kepada anda semua untuk memahami kondisi beliau. Memahami posisi beliau yang memiliki tanggung jawab yang luar biasa besar. Jika memang anda sendiri tidak menyukai beliau, janganlah menunjukkannya dengan mencibir, menghujat, dan menampar beliau dengan kritikan tak terkendali anda. Bayangkan saja jika anda berada pada posisi beliau, itu semua tidak mudah. Saya sendiri saja yang menjabat sebagai ketua tingkat luar biasa beratnya, apalagi beliau. Jadi berpikir ulanglah untuk menghina dan memojokkan beliau.
Jangan Terlalu Sibuk Mencibir Presiden, Jadi Ketua Kelas Saja Luar Biasa Beratnya
read more
0 comments:
Post a Comment